Pidana Penjara Seumur Hidup
Pidana penjara seumur hidup adalah satu dari dua variasi hukuman penjara yang diatur dalam Pasal 12 ayat (1) KUHP yang selengkapnya berbunyi:
a. Pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu.
Kemudian merujuk Pasal 12 ayat (4) KUHP menyebutkan:
b. Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh melebihi 20 tahun.
Dari bunyi Pasal 12 ayat (1) KUHP di atas, dapat disimpulkan bahwa pidana penjara seumur hidup artinya pidana penjara selama terpidana masih hidup hingga meninggal. Nah, dari aturan ini sekaligus menolak penafsiran yang selama ini ternyata salah bahwa hukuman penjara seumur hidup adalah hukuman penjara yang dijalani selama usia terpidana pada saat vonis dijatuhkan.
Kasus Setiabudi 13 merupakan salah satu pembunuhan terbilang sadis yang hingga kini masih belum terungkap pelakukanya. Pada pagi hari tanggal 23 November 1981, warga di sekitar Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan, dikejutkan dengan penemuan dua kotak karton berisi potongan tubuh manusia.
Dilansir dari Harian Kompas, sejumlah petugas keamanan yang pertama kali menemukan kotak tersebut awalnya mengira bahwa potongan daging di dalamnya adalah daging sapi. Namun, mereka segera terkejut saat melihat tangan manusia ikut terbungkus rapi bersama potongan daging lainnya.
Tim dokter dari Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia (LK UI) lalu memeriksa mayat yang telah dipotong menjadi 13 bagian.
Karena potongan tubuh tersebut ditemukan di Jalan Setiabudi, kasus ini kemudian dikenal luas sebagai "Setiabudi 13". Ketika tim LK UI tiba di lokasi sekitar pukul 08.30 WIB, mayat sudah mulai membusuk, diperkirakan pembunuhan terjadi lebih dari sehari sebelumnya. Potongan tubuh kemudian dikirim ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, pada siang harinya untuk proses identifikasi dan pemeriksaan lebih lanjut.
Menurut Mun'im Idries, salah satu ahli forensik RSCM yang memeriksa jenazah korban, pembunuh tidak hanya memotong-motong jasad korban, tetapi juga menyayat dan mengupas hampir seluruh daging dari tulangnya. Hampir seluruh daging korban disayat, kecuali bagian pergelangan dan telapak tangan. Wajah dan bagian kepala juga masih tampak jelas.
Diperkirakan pemotongan dilakukan menggunakan gergaji besi, terlihat dari bekas gesekan kecil pada tulang korban. Dari pemeriksaan, diperkirakan korban berusia antara 18 hingga 21 tahun, memiliki tinggi 165 sentimeter, dengan tubuh agak gemuk dan tegap, sebagaimana dijelaskan dalam buku karya dokter tersebut berjudul Indonesia X-Files.
Beberapa tahi lalat yang bisa menjadi ciri khas korban juga ditemukan dan diumumkan ke masyarakat luas. Penyakit korban, yakni lubang kencing yang sangat sempit pada ujung kemaluannya, juga diumumkan.
Mun'im berpendapat bahwa korban "digarap" oleh lebih dari satu orang, karena mengerat tulang dan mengelupas daging dari mayat bukanlah pekerjaan mudah.
Hingga kini, belum ada pihak yang dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas pembunuhan dan mutilasi tersebut. Identitas korban juga tidak terungkap meskipun telah ditemukan banyak petunjuk di tubuh korban.
Dari Wikikamus bahasa Indonesia, kamus bebas
Belum ada komentar. Anda dapat menjadi yang pertama
sebagian atau seluruh definisi yang termuat pada halaman ini diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
Nationalgeographic.co.id—Vlad III adalah penguasa abad pertengahan Wallachia, wilayah yang sekarang menjadi Rumania selatan. Ia lahir sekitar tahun 1430 di Transylvania, putra dari Vlad II, seorang bangsawan yang diasingkan.
Dalam sejarah penguasa, ia lebih dikenal sebagai Vlad the Impaler atau yang lebih terdengar mengerikan, Vlad si Drakula. Ia menakuti orang-orang sezamannya, dan masih membuat merinding hingga hari ini.
Julukan Drakula merujuk pada "anak Dracul". Dracul berasal dari bahasa Latin dari kata draco, atau naga, setelah ayahnya dilantik ke dalam Ordo Naga. Istilah yang diciptakan oleh Kaisar Romawi Suci Sigismund untuk menggalang orang Kristen melawan Turki Ottoman.
Julukan Vlad lainnya, Impaler, dia dapatkan dari hukuman pilihannya. Drakula kehidupan nyata tidak menghisap darah orang. Sebaliknya, tercatat dalam sejarah bahwa ia kerap menggunakan pasak tajam yang ditusukkan lewat dubur korbannya.
Sejarah penguasa mencatat bahwa Vlad II, ayah Vlad si Drakula, merebut tahta Wallachia pada tahun 1436, tetapi ditendang Romawi beberapa tahun kemudian. Itulah yang membuatnya memilih berpindah pihak, dan bersekutu dengan Sultan Ottoman.
Untuk menunjukkan kesetiaan Vlad II kepada Ottoman, dia mengirim dua putranya, Vlad III dan saudaranya Radu, ke istana Sultan sebagai sandera. Radu akhirnya masuk Islam, tapi tidak dengan Vlad III.
"Vlad III tidak menyukai Ottoman dan membenci ayahnya karena pengkhianatannya terhadap Orde Naga," tulis Khalid Elhassan kepada History Collection dalam artikelnya The Biggest Jerks In Royal History, terbitan 15 Mei 2023.
Vlad II digulingkan oleh Hongaria pada tahun 1447, dan kali ini musuh-musuhnya membunuhnya. Ottoman berbaris dan menempatkan Vlad III di tahta Wallachia. Vlad III telah dilantik ketika dia masih berusia lima tahun.
"Namun, setelah menduduki tahta selama beberapa bulan, Vlad III digulingkan dari tampuk kekuasaannya," imbuhnya. Vlad III mengusung rencana untuk melawan Ottoman.
Vlad III berhasil merebut kembali tahta pada tahun 1456, kali ini dengan bantuan dari musuh Ottoman, Hongaria. Untuk merayakan keberhasilannya, ia mengundang dua ratus bangsawan dan keluarga Hongaria ke pesta Minggu Paskah tahun 1457.
Satu fakta sejarah mengungkap bahwa pada suatu saat, ia bertanya kepada tamunya (orang-orang Hongaria) berapa umur mereka. Vlad III ingin tahu siapa yang cukup tua.
Dari pertanyaan itu, ia berusaha untuk mengidentifikasi dan menduga bahwa orang-orang yang umurnya cukup tua telah turut berpartisipasi dalam penggulingan dan membunuh ayahnya pada tahun 1447.
Secara mengejutkan, sesaat masih dalam suasana pesta, beberapa orang yang berumur cukup tua dan diduga terlibat dalam pembunuhan ayahnya, Vlad III meminta pasukannya menyeret orang-orang itu keluar.
Di luar pesta, sebuah sula tajam berukuran besar telah disiapkan. Satu persatu orang-orang itu mulai ditusukkan duburnya kepada sula hingga menembus sampai ke mulut atau leher para korbannya.
"Pancang kemudian ditanam secara vertikal ke dalam tanah, sehingga korban dibiarkan tubuhnya menjuntai di udara," tambahnya.
Vlad menusuk orang dengan cara yang menghindari kerusakan pada organ vital, dan dengan demikian mencegah kematian seketika. Sebaliknya, para korban menderita berjam-jam atau berhari-hari sebelum meninggal.
Untuk menambahkan sentuhan artistik pada kengerian itu, Vlad menyula para aristokrat yang diatur dalam barisan yang kemudian dikenal sebagai "The Forrest of the Impaled". Cara yang sangat sadis untuk membunuh tamunya sendiri.
Penusukan massal tidak menghentikan pesta Minggu Paskah Vlad the Impaler, dan pesta terus berlanjut. Setelah itu, istri dan anak bangsawan yang tertusuk, masih mengenakan perhiasan Paskah mereka.
The Military/Public Domain
Ilustrasi yang menggambarkan eksekusi Vlad The Impaler yang keji.
Drakula Vlad secara sistematis memusnahkan kelas aristokrat yang telah membuat banyak masalah bagi keluarganya. Penyulaan adalah metode pilihannya untuk menghadapi mereka dan siapa pun yang membuatnya murka.
Vlad juga melawan Ottoman. Muhammad Al Fatih atau Sultan Mehmed II sang Penakluk, yang telah merebut Konstantinopel dan menghancurkan Kekaisaran Bizantium beberapa tahun sebelumnya.
Ia mengirim 10.000 pasukan kavaleri untuk menghadapi pasukan Janissary. Vlad menyergap dan mengalahkan mereka, lalu menusuk yang selamat, dengan pemimpin mereka dipasang di tiang penyula tertinggi. Mehmed II selamat dari penyergapan.
Pada 1462, Mehmed II memimpin 90.000 tentara melawan The Impaler. Saat mereka mendekati ibu kota Vlad, Ottoman tidak menemui perlawanan. Sebaliknya, jalan itu dipenuhi oleh 20.000 orang Turki dan Muslim Bulgaria yang mati tertusuk sula.
Mehmed II dan sejarah penguasa Ottoman mencatat kegilaan yang pernah dilakukan Vlad si Drakula. Ada juga kisah tentang kesadisan Vlad yang lain selain menyula para korban yang membuatnya murka.
Satu kisah sejarah mengisahkan tentang Vlad yang makan roti di medan pertempuran, di antara tentara yang baru saja dia kalahkan. Ia mencelupkan rotinya ke dalam lumuran darah tentara lawan yang tewas sebagai selai rotinya, lalu memakannya!
Bagaimanapun, Vlad III tercatat sejarah penguasa sebagai drakula dalam kisah nyata yang mengerikan, bahkan lebih mengerikan dari drakula fiktif dalam banyak karya novel dan drama.
Gel Duri Landak Berpotensi Sembuhkan Luka: Termasuk Luka akibat Tertusuk Duri?
Suara.com - Pelaku pembantaian terhadap Manchester United bukan cuma Liverpool. Ada 4 klub Liga Inggris lain yang pernah menghabisi Manchester United dengan skor yang sadis.
Pada tahun 2011, Manchester United dihabisi Manchester City dengan skor 1-6. Hal tersebut terjadi pada Premier League 2011/2012, tepatnya pada 23 Oktober 2011, di mana Man City menggulung Man United dengan skor 6-1.
Apesnya, kekalahan besar ini harus dirasakan Man United di hadapan pendukungnya sendiri yang memadati Old Trafford guna menonton Derby Manchester.
Selanjutnya, pada era 90 an, Man United merupakan salah satu klub besar yang disegani dan ditakuti, terutama pada tahun 1999 kala mereka menjadi Treble Winner.
Baca Juga: Cody Gakpo Ikut Bantai Manchester United: Gol Kedua Paling Indah, Gol Pertama Paling Penting
Namun pada tahun tersebut pula, Man United merasakan kekalahan memalukan dari Chelsea yang sama sekali belum menjadi kekuatan menakutkan di era Roman Abramovich.
Bermain di Stamford Bridge, Man United harus rela gawangnya diberondong lima gol oleh Chelsea yang kemudian mengakhiri 29 laga tak terkalahkan lawannya di kancah liga musim tersebut.
Selepas dibuat malu oleh Manchester City di Old Trafford, Manchester United kembali dipermalukan di kandangnya oleh Tottenham Hotspur pada Premier League 2020/2021.
Tottenham yang bertindak sebagai tim tamu, mampu mengulangi pencapaian Man City dengan meraih kemenangan 6-1 atas Man United di Old Trafford.
Uniknya kekalahan itu diderita setelah Man United mampu unggul terlebih dulu di dua menit awal pertandingan, sebelum diberondong dengan enam gol.
Baca Juga: 5 Penyebab Manchester United Bisa Dibatai 0-7 Liverpool, Erik ten Hag Perlu Dipecat?
Masih di tahun 2021, Manchester United kembali merasakan kekalahan besar di Old Trafford, yakni kala menjamu Liverpool di awal musim 2021/2022.
Dalam duel di pekan-pekan awal musim tersebut, Man United dibuat tak berkutik usai Liverpool memberondong gawangnya sebanyak lima gol.
Kekalahan itu membuat posisi Ole Gunnar Solskjaer di ujung tanduk, yang berujung pemecatan setelah beberapa bulan kemudian.
Jauh sebelum dihajar Chelsea dan Liverpool dengan skor 5-0, Man United pernah dihajar oleh Newcastle United dengan skor identik di tahun 1996 lalu.
Saat itu, Newcastle yang dipimpin Alan Shearer, mampu membuat Man United besutan Sir Alex Ferguson tak berkutik.
Kemenangan itu disebut-sebut sebagai pembalasan usai Newcastle gagal meraih gelar juara di musim sebelumnya dengan hanya terpaut empat poin saja dari Man United.
Kronologis kekalahan 0-7
Kekalahan 0-7 dari Liverpool itu diderita tim berjuluk The Red Devils tersebut kala bertandang ke Anfield Stadium, Minggu (5/3).
Uniknya, enam dari tujuh gol yang bersarang di gawang Man United yang dijaga David De Gea seluruhnya tercipta di babak kedua.
Di babak pertama, Liverpool mampu membuka papan skor lewat Cody Gakpo jelang paruh pertama usai, yakni di menit ke-43.
Kemudian di babak kedua, Darwin Nunez menambah keunggulan di menit ke-47, dan dilanjutkan oleh Cody Gakpo di menit ke-50.
16 menit berselang, Mohamed Salah turut menyumbang golnya dan disusul oleh Darwin Nunez yang mencetak Brace di menit ke-75.
Di 10 menit terakhir waktu normal, Mohamed Salah kembali menambah golnya di menit ke-83, dan disusul oleh Roberto Firmino yang menutup parade gol Liverpool di menit ke-88.
Parade tujuh gol Liverpool ke gawang Man United ini pun kemudian menjadi kekalahan terbesar yang pernah dirasakan The Red Devils sepanjang partisipasinya di Premier League.
Kontributor: Felix Indra Jaya
Indonesiabaik.id - Arti hukuman penjara seumur hidup telah dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang termuat dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 KUHP.
Penjara Seumur Hidup Itu Berapa Lama?
Ada yang menafsirkan penjara seumur hidup adalah pemberian hukuman sesuai dengan usia terpidana saat divonis atau beranggapan bahwa penjara seumur hidup sesuai umur terpidana saat divonis. Contohnya terpidana A yang saat itu berusia 35 tahun dijatuhi hukuman pidana penjara seumur hidup, si A kemudian menjalani hukuman penjara selama 35 tahun.
Ternyata, penafsiran di atas adalah penafsiran yang salah karena sudah melanggar Pasal 12 ayat (4) KUHP bahwa pidana penjara tidak boleh melebihi 20 tahun. Bagaimana pun hukum penjara seumur hidup artinya penjara sepanjang si terpidana masih hidup, dan hukumannya baru akan berakhir ketika ia meninggal dunia.